Senin, 11 Januari 2010

Tuhan Alam dan Manusia

TUHAN
1.MAKNA KATA TUHAN

Kalimat tauhid "Laa ilaaha illallah", tiada Ilah selain Allah, tidak mungkin dapat dipahami kecuali dengan memahami terlebih dahulu makna "Ilah". Karena tanpa memahami maknanya, maka bisa jadi kalimat tauhid itu hanya sekedar menjadi ucapan rutinitas dalam sholat sehari-hari tanpa ada wujud nyatanya dalam realitas kehidupankita. Untuk itu, marilah kita memahami apa makna di balik kata "Ilah" itu.
Kata "Ilah" berasal dari kata "Aliha" yang memiliki empat makna utama, yaitu sakana ilaihi (merasa tenang kepadanya), istijaaro bihi (berlindung kepadanya), asy syauqu ilaihi (selalu merindukannya) dan wulli'a bihi (mencintainya).
Makna yang pertama adalah sakana ilaihi, artinya merasa tenang kepadanya. Manakala mendengar nama Ilah-nya disebut, ia merasa senang. Ketika sang Ilah diingat-ingat olehnya, ia merasa tenteram.
Makna yang kedua adalah istijaaro bihi, artinya berlindung kepadanya. Ketika bersama Ilah-nya, ia merasa aman. Karena sang Ilah dianggapnya memiliki kekuatan yang mampu menolongnya dari kesulitan.
Makna yang ketiga adalah asy syauqu ilaihi, artinya selalu merindukannya. Ada keinginan untuk selalu bertemu dengan Ilah-nya. Ada kegembiraan apabila bertemu dengansang Ilah.
Makna yang keempat adalah wull'a bihi, artinya mencintainya. Ia mencintai Ilah-nya, walau bagaimanapun keadaannya. Ia selalu beranggapan bahwasang Ilah memiliki kelayakan untuk dicintai sepenuh hati.
Dari keempat makna yang telah dijelaskan di atas, maka pengertian-pengertian makna Ilah tersebut hanyalah hak Allah semata, tidak boleh diberikan kepada selain-Nya. Laa Ilah, tiada Ilah, kecuali hanya Allah semata. Artinya, tiadayang membuat tenang, kecuali hanya Allah saja. Tiada tempat berlindung, kecuali hanya Allah saja. Tiada yang selalu dirindukan, kecuali hanya Allah saja. Tiada yang dicintai, kecuali hanya Allah saja.
Karena empat perasaan itu demikian mendalam dalam hatinya, maka ia rela dengan penuh kesadaran untuk menghambakan diri kepada sang Ilah. Jadi, konsekuensi dari empat makna kata "Aliha" adalah 'abadahu (menghamba/mengabdi padanya). Kata 'abadahu ini mengandung tiga makna, yaitu kamalul mahabbah (kecintaan yang sempurna), kamalut tadallul (menghinakan diri di hadapannya dengan sempurna), kamalul khudhu' (menundukkan diri dengan sempurna).
"Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah." (QS Al Baqarah 2:165)
Seorang muslim yang amat sangat mencintai Allah swt (kamalul mahabbah), maka semua akibat cinta siap dilaksanakannya, siap berkorban, memberi loyalti, taat dan patuh pada-Nya. Seorang muslim yang amat sangat merendahkan diri di hadapan Allah swt (kamalut tadallul), maka menganggap dirinya sendiri tidak berharga, dan bersedia bersikap rendah serendah-rendahnya di hadapan-Nya.
Seorang muslim yang amat sangat tunduk pada Allah swt (kamalul khudhu'), maka akan selalu mendengar dan taat tanpa reserve, serta melaksanakan semua perintah-Nya. Dengan demikian, karena Allah adalah satu-satunya Ilah, tiada sekutu bagi-Nya, Laa ilaaha Illallah, maka sudah seharusnya seorangmuslim membuktikannya dengan totalitas penghambaan kepada-Nya, mengabdi pada-Nya dengan segenap kemampuan yang dimiliki.
2.MENGENAL ALLAH
Mungkin terlintas dalam benak kita, apakah masih perlu sih berbicara masalah tentang Alloh? Bukankah kita sudah terlalu sering mendengar kata itu dan menyebut Asma-Nya. Bukankah kita sudah tahu bahwa Ialah Alloh Tuhan kita yang menciptakan kita. Tidakah itu sudah cukup ? Ketahuilah, perasaan merasa cukup itulah yang menghalangi kita untuk menambah dan memperkaya wawasan kita tentang pemahaman dan pengenalan terhadap penciptaaan Alloh SWT.
Sesungguhnya semakin dalam dan semain sering kita memahami untuk mengenal Alloh maka kirta akan semakin merasa dekat dengan-Nya. Semakin dekat perasaan kita kepada Alloh, semakin tenang jiwa kita, sebagaimana yang termaktub dalam Al-Quranul karim surat Ar-Ar`du (13) : 38.
Ketika berbicara tentang Alloh kita tidak hanya membahas sebagai Rabb (pencipta) namun kita juga membahas bahwa sebagai Malik dan Ilah. Secara definitive dalam Al-Quran dijelaskan bahwa Malik memiliki makn pemilik, pemelihara, dan penghuasa. Ilah memiliki makna sebagai Yng paling dicinta. Yang paling ditakuti dan menjadi sumber pengharapan.
Allah SWT sebagai pencipta lebih mudah dipahami dibandingkan memahami Alloh sebagai Malik dan Ilah. Hal ini disebabkan karena memahami Allah sebagai malik memiliki berbagai konsekuensi antaranya konsekuensi pengabdian melaknasakan perintah-Nya, konsekuensi menjadikan Allah sebagai satu-satunya yang paling dicintai, konsekuensi menjadikan Alloh sebagai satu-satuinya penguasa diri, dan sebagainya. Konsekuensi inilah yang biasanya menjadi kendala bagi kita untuk memehami Allah secara menyeluruh.
a)Makna Mengenal Allah
Ma`rifatullah adalah bahasa Arab yang terdiri dari dua kata ma`rifah dan Allah. Ma`rifah berarti mengetahui, mengenal. Mengenal Alloh yang diajarkan kepada manusia adalah mengenal melalui hasil penciptaan bukan melalui zat Allah. Karena dengan akal kita memiliki keterbatasan untuk memahami seluruh ilmu yang ada di dunia ini apalagi zat Allah.
b) Pentingnya Mengenal Allah.
Ma`rifatullah merupakan ilmu tertinggi yang harus dipahami manusia hakikat ilmu adalah memberikan keyakinan kepada yang mendalaminya. Ma`rifatullah adalah ilmu tertinggi sebab jika dipahami memebrikan keyakinan yang sangat dalam. Memahami ma`rifatullah juga akan mengeluarkan manusia dari kegelapan kebodohan kepada cahaya yang terang yaitu keimanan (QS. Luqman (31) : 81)
Seseorang yang menganal Allah pasti akan tahu tujuan hidupya (Adzariyat (51):56)
Berilmu dengan ma`rifatullah sangat penting karena berhubungan dengan manfaat yang diperoleh yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, dengan kedua hal tersebut akan mempero,leh keberuntungan dan kebahagiaan yang hakiki.

3.BUKTI KEBERADAAN ALLAH

Keberadaan Allah sudah sangat jelas Hujjahnya. Sehingga ada pendapat ekstrim bahwa keberadaan Allah tidak perlu dalil lantaran terlalu jelas, namun tidak ada salahnya kita membuktikan keberadaan Allah dengan berbagai aspek. Antara lain aspek fitrah, aspek pancaindera,aspek logika,aspek dalil aql/naql dan juga dari aspek sejarah.
Bukti-bukti keberadaan Allah sangat banyak terdapat di alam semesta ini termasuk di dalam diri manusia, walaupun di dalam Al-Qur'an banyak sekali ayat-ayat yang memberikan isyarat tentang keberadaan Allah. Eksistensi Allahmerupakan sesuatu yang mutlak dan semestinya tidak perlu lagi di perdebatkan. Khususnya eksistensi Allah sebagai tuhan pencipta alam semesta ini, walaupun orang kafir yang tidak mengimani Allah sebagai Ilah, akan menerima keberadaan Allah sebagai Rabb. Hal ini terlihat dari sikap mereka dalammengatasi berbagai permasalahan hidupnya yang tidak dapat mereka atasi sendiri, mereka akan menyebut tuhannya, namun demikian diperlukan dalil-dalil untuk menguatkan adanya Allah diantara dalil-dalil tersebut adalah dalil fitri, dalilindera,dalil aqli,dalil naqli dan dalil sejarah.
a)Dalil Fitri ( bukti fitrah )
Dalil yang lahir yang bersifat fitrah yang berada semenjak adanya manusia atau semenjak manusia lahir.Hal tersebut tercantum dalam Al-Quran yang menyebutkan adanya pengakuan manusia kepada keberadaan Allah secara Rabb.Dalil fitri ini lebih kepada pengakuan Allah sebagai pencipta, pemelihara, penguasa,pemilik,pengatur,pembimbing dan pemberi riski.
“ Dan( ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka ( seraya berfirman ) :”Bukankah aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab :” betul (engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi” kami lakukan yang demikian itu agar dihari kiamat nanti kamu tidak mengatakan :” sesungguhnya kami adalah orang-orang yang lengah terhadap ini ( keesaan Tuhan )”.QS. 7 : 172
b) Dalil Inderawi
Dalil Inderawiadalah dalil-dalil yang dapat dinikmati,dilihat dirasakan atau disentuh oleh indera.Banyak obyek dan peristiwa yang menggambarkan bukti keberadaan Allah, di dalam AlQuran digambarkan kehancuran kaum musyrikin oleh burung ababil di sekitar ka'bah.
c) Dalil 'aqli ( Bukti Rasional )
Dalil 'aqli adalah dalil-dalil yang berdasarkan akal dan sesuatu yang bersifat rasional. Banyak sekali bukti yang dapat dicernasecara rasional tentang keberadaan Allah. Penciptaan Alam semesta dan pergantian siang dan malam merupakan bukti adanya sang pengatur.
d) Dalil Naqli ( bukti nash/wahyu Allah )
Dalil Naqli adalah dalil-dalil yang berdasarkan nash Al Quran dan sunnah. Bahkan Al quran itu sendiri merupakan bukti adanya Allah,
e) Dalil Sejarah
Dalil sejarah adalah dalil-dalil kekuasaan dan keagungan Allah yang diambil dari peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di atas bumi. Terlalu banyak bukti kehebatan Allah semenjak nabi Adam AS hingga nabi Muhammad SAW melalui berbagai mukjizat yang mereka tunjukkan.

ALAM
Alam semesta yang kita diami saat ini tidak terjadi dengan sendirinya, ada dzat yang kuasa untuk menciptakannya. Setiap detai dari penciptaan alam ini melalui sebuah perhitungan dan kuasa Allah tanpa ada kesalahan sedikitpun, bagaimana Allah menciptakan keseimbangan dalam setiap penciptaanNya, bumi misalnya, diciptakan dengan berbagai unsur-unsurnya yang berupa daratan, gunung-gunung serta lautan, ditumbuhkannya rumput dan pepohonan untuk menjaga keseimbangan udara didalamnya,Allah juga menurunkan air hujan agar bumi tidak tandus dan mati. Allah ciptakan bebrbagai macam binatang untuk memnciptakan keseimbangan rantai kehidupan di bumi.
Dalam menciptakan alam ini Allah memberikan tanda-tanda kebesaranNya melalui proses Tadarrauj atau bertahap, alam ini di ciptakan dalam enam masa, bukan berarti bahwa Allah tidak mampu menciptakan alam ini dalam sekejap, namun Allah hendak memberikan pelajaran bagi manusia, bahwa segala sesuatu harus selalu memperhatikan proses dan tahapan-tahapan.

MANUSIA
Siapakah manusia sebenarnya? Apakah kita sudah mengenal diri kita sendiri? Dimanakah kedudukan kita sebagai ciptaan Allah? Bagaimana seharusnya sikap kita pada Allah SWT? Dan masih banyak lagi persoalan yang bisa dilontarkan kepada manusia pada diri mereka sendiri yang sudah hidup sekian lamanya di dunia ini.MAsalah manusia adalah masalah yang tidak pernah ada habisnya di bicarakan.Banyak ilmuan memcoba membicarakan damn mempelajarinya, namun tidak begitu berhasil Karena masing-masing dari mereka mempunya teori dan definisi sendiri-sendiri mengenai manusia.
Memahami manusia melalui akal manusia saja akan menyebabkan kesesatan. Hal ini disebabkan karena manusia mempunyai berbagai keterbatasan dalam memahami dan mengenal dirinya dengan benar. Selain itu, sifat sombong serta merasa dirinya hebat dan pandai adalah sifat manusia yang menghalanginya mencapai kebenaran hakiki. Kesalahan yang terjadi pada berbagai teori tentang manusia tidak diakui oleh para pencetusnya. Bahkan sebagian besar pengikutnya tetap mendukung teori yang salah itu dengan menjadikannya sebagai landasan kehidupan, rujukan, dan model gaya hidup manusia untuk saat ini. Hal ini mengakibatkan munculnya kerusakan di mana-mana.
Kemunculan berbagai diin dan sistem buatan manusia yang mengatur manusia dari segi politik, ekonomi, dan kemasyarakatan di tingkat negara atau sekelompok masyarakat tertentu berakhir dengan keruntuhan dan kehancuran. Contohnya adalah hancurnya negara-negara komunis dan tidak lama lagi mungkin negara-negara kapitalis dan sekuler. Keadaan ini di kalangan muslim dapat di atasi apabila ia mengetahui siapakah dirinya yang sesungguhnya dan bagaimanakah cara untuk mengembangkan dan membangun dirinya ke arah yang lebih baik. Sebagai titik tolak menuju pengenalan dirinya, manusia harus menyadari bahwa ia adalah ciptaan Allah. Sebagai ciptaan, adalah keharusan baginya untuk mengakui kebesaran Sang Pencipta dan kebenaran firman-Nya.
Asal manusia adalah ruh dan tanah. Ia kemudian dilengkapi dengan potensi akal, hati, dan jasad yang merupakan suatu kelebihan yang Allah berikan dibanding makhluk lainnya. Dengan segala keutamaannya, manusia diberikan tugas untuk menjalankan amanah ibadah dan khalifah. Ciri manusia sebagai makhluk yang dimuliakan ialah ia diberikan beban dan balasan. Keadaan manusia seperti itu disiapkan untuk menjalankan amanah besar dari Allah sebagai khalifah. Untuk mencapai amanah tersebut, jiwa manusia harus selalu diisi dengan mengingat Allah dan dijauhi dari syahwat.
Dengan akal, hati, dan jasad, manusia dapat beribadah. Ibadah yang sesuai dengan fitrah manusia adalah ibadah yang komprehensif, baik dari segi kesempurnaan agama, kesempurnaan hidup, dan kesempurnaan dari segi hati, akal, dan anggota tubuh. Motivasi beribadah perlu dibangun oleh penerimaan manusia atas keagungan Allah dan rasa syukur atas banyaknya nikmat yang telah diberikan Allah kepadanya. Ibadah tersebut ada dua macam. Yang pertama bersifat khusus dan yang kedua umum. Kita harus memperhatikan bagaimana Nabi melakukan kedua ibadah itu. Karena ibadah yang dilakukan dengan benar akan menghasilkan takwa dan mendapatkan pertolongan Allah SWT.
Satu aplikasi dari mengenal manusia adalah aspek keseimbangan. Keseimbangan berlaku pada diri seorang muslim apabila terpenuhi semua keperluan akal, jasad, dan ruhnya. Kemudian keseimbangan itu dijalankan pada akal, jasad, dan ruh tersebut. Ruh yang lebih tinggi dibandingkan syahwat akan menjadikan hidup aman dan tenteram. Sebaliknya bila syahwat lebih tinggi dibandingkan ruh, maka akan membawa kesesatan di masa depan, terlebih lagi apabila ia tidak merubah diri akan membawanya kerusakan.
Mengenal manusia diperkenalkan dalam buku ini untuk menggambarkan gambaran yang menyeluruh tentang manusia dari definisi hingga tugasnya sebagai khalifah dan berdakwah. Fungsi khalifah adalah membangun dan memelihara alam. Kita dapat menjalankan amanah dan tugas ini apabila kita mengetahui diri kita sendiri secara keseluruhan, baik dari definisi, kedudukan, tugas, dan perannya.
KESIMPULAN
Dalam Al Quran, manusia diseru untuk merenungi berbagai kejadian dan benda alam, yang dengan jelas memberikan kesaksian akan keberadaan dan keesaan Allah beserta sifat-sifat-Nya. Dalam Al Quran, segala sesuatu yang memberikan kesaksian ini disebut "tanda-tanda", yang berarti "bukti yang teruji kebenarannya, pengetahuan mutlak, dan pernyataan kebenaran." Jadi, tanda-tanda kebesaran Allah terdiri atas segala sesuatu di alam semesta ini yang memperlihatkan dan menyampaikan keberadaan dan sifat-sifat Allah. Orang-orang yang dapat mengamati dan senantiasa ingat akan hal ini akan memahami bahwa seluruh jagat raya tersusun hanya dari tanda-tanda kebesaran Allah.
Sungguh, adalah kewajiban bagi manusia untuk dapat melihat tanda-tanda kebesaran Allah…. Dengan demikian, orang tersebut akan mengenal Sang Pencipta yang menciptakan dirinya dan segala sesuatu yang lain, menjadi lebih dekat kepada-Nya, menemukan makna keberadaan dan hidupnya, dan menjadi orang yang beruntung dunia dan akhirat.